"Dalam puisi cinta Rendra yang kubaca, tiba-tiba kata-kata merangkum wajahmu untuk kemudian jadi puisi insomniaku- Tiba-tiba waktu bergerak menuju pagi, puisi ini harus rampung sebelum luka di dadaku bangun.
rindu jadi kantung mata yang tebal juga hitam, sedang kantuk memilih hijrah ke mata orang lain yang tak punya cinta."